Sunday, 29 January 2012

makalah antara belajar dan gaya hidup


DUNIA MAHASISWA
ANTARA BELAJAR DAN GAYA HIDUP

Dosen: Junaidi S.ag.,M.Hum


Disusun oleh:
Arief Riyatna
11 D3 MI 02
JURUSAN D3 MANAJEMEN INFORMATIKA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM






KATA PENGANTAR


Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena anugerahNya penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Antara Belajar Dan Gaya Hidup” ini. Atas selesainya makalah ini, kami ucapkan terimakasih kepada: Bapak Junaidi S.Ag.,M.Hum selaku dosen pembimbing pendidikan agama dan pihak yang telah membantu. Jika makalah ini memiliki banyak kekurangan,penulis mohon maaf kerena penulis sendiri dalam tahap belajar.
Oleh karena itu kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah di waktu yang akan datang. Dengan demikian, penulis ucapkan terima kasih kepada para pembaca.


Yogyakarta  Januari 2012

Penulis



PEMBAHASAN

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilakusebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Gaya belajar setiap orang dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) danfaktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat  diubah dalam diri seseorang bahkandengan latihan sekalipun. Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu membuat Anda menjadi lebih pandai. Tapidengan mengenali gaya belajar, Anda akan dapat menentukan cara belajar yang lebih efektif.Anda tahu bagaimana memanfaatkan kemampuan belajar secara maksimal, sehingga hasil belajar Anda dapat optimal.
Sedangkan gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler dalam Sakinah,2002). Menurut Susanto (dalam Nugrahani,2003) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya.
Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya.
Adler (dalam Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya hidup adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta sedangkan Sarwono (1989) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah konsep diri.
Hawkins (dalam Nugroho, 2002) yang mengatakan bahwa pola hidup yang berhubungan dengan uang dan waktu dilaksanakan oleh seseorang berhubungan dengan keputusan. Orang yang sudah mengambil suatu keputusan langkah selanjutnya adalah tindakan.
Orang yang sudah mengambil keputusan untuk mencari kesenangan dari uang yang dimiliki seperti melakukan aktivitas nyata untuk berbelanja di mall atau supermarket, tentu saja memberi nilai tambah dari pada berbelanja di toko biasa. Adapun penggunaan waktu dengan gaya hidup merupakan kreativitas individu dalam memanfaatkan waktu yang ada untuk kegiatan yang bermanfaat atau kegiatan untuk bersenang-senang.
Menurut SRI International (1989) salah satu contoh segmentasi psikografis adalah VALS 2. Dalam VALS 2 (Values & Life Style) terdapat dua dimensi yang menjadi titik beratnya, yaitu self orientation dan resources. Resources yang dimaksudkan bukanlah semata-mata materi, tetapi dalam arti yang luas yang mencakup sarana dan kapasitas psikologis, fisik, dan demografis. Dalam perilaku konsumsi yang didorong oleh self orientation terdapat tiga kategori yaitu principle, status dan action. Self orientation yang bertumpu pada principle, berarti keputusan untuk membeli berdasarkan karena keyakinannya. sehingga keputusannya untuk membeli bukan hanya karena ikut-ikutan atau sekedar untuk mengejar gengsi. Boleh dikatakan tipe ini lebih rasional sedangkan yang bertumpu pada status, keputusannya dalam mengkonsumsi didominasi oleh apa kata orang. Produk-produk bermerek menjadi pilihannya. Bagi yang bertumpu kepada action, keputusan dalam berkonsumsi didasari oleh keinginannya untuk beraktivitas sosial maupun fisik, mendapatkan selingan atau menghadapi resiko.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang di ekspresikan dalam aktivitas, minat, opininya dan dimensi self orientation gaya hidup mencakup tiga kategori yaitu prinsip, status, aksi.
Pengaruh gaya hidup yang ada sekarang berpengaruh ke gaya belajar dan jika seseorang sudah terpengaruh oleh gaya hidup memerlukan motivasi belajar yang tinggi agar minat dalam belajar tidak menurun. Motivasi belajar setiap orang berbeda, bergantung dari apa yang diinginkan orang yang bersangkutan. Misalnya, seorang anak mau belajar dan mengejar rangking pertama karena diiming-imingi akan dibelikan sepeda olehorangtuanya.Faktor-faktor yang membedakan motivasi belajar tiap orang. Adapun perbedaannya di bagi menjadi 4 bagian yaitu:
a.Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dsb 

b.Perbedaan rasa aman  (safety needs),baik secara mental, fisik, dan intelektual

c.Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs),yang diterimanya

d.Perbedaan harga diri (self esteem needs), Contohnya prestise memiliki mobil ataurumah mewah, jabatan, dan lain-lain.
e.Perbedaan aktualisasi diri (self actualization),tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Dan untuk membuat seseorang dapat termotivasi ada 2 faktor yaitu:

1) Faktor Internal
Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalanikehidupan.





2) Faktor Eksternal
Motivasi ini dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.

            Memotivasi belajar tidak akan terbentuk jika seseorang telah terpengaruh oleh gaya hidup yang menyimpang yang membuat orang tersebut tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi diri nya sendiri. Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat untuk  belajar dapat termotivasi dan tidak terpengaruh oleh gaya hidup yang menyimpang karena belajar itu penting untuk meraih prestasi.
         Gaya hidup yang dapat memotivasi seseorang untuk lebih giat dalam belajar adalah gaya hidup mandiri karena kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada sesuatu yang lain. Untuk itu  diperlukan kemampuan untuk mengendali kelebihan dan kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk menyusun strategi. Bertanggung jawab melakukan perubahan secara sadar dan memahami bentuk setiap resiko yang akan terjadi serta siap menaggung resiko dan dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup yang mandiri. Dengan gaya hidup mandiri, budaya konsumerisme tidak lagi memenjarakan manusia. Manusia akan bebas dan merdeka untuk menentukan pilihannya secara bertanggung jawab,serta menimbulkan inovasi-inovasi yang kreatif untuk menjunjang kemandirian tersebut.
            Oleh sebab itu gaya hidup mandiri disebut dapat memotivasi diri yang baik karena ada dorongan untuk hidup mandiri tidak terlalu mengandalkan orang lain,dan menimbulkan suatu inovasi yang kreatif yang dapat membuat seseorang terlihat lebih maju dari seseorang yang terpengaruh oleh gaya hidup menyimpang atau sering juga disebut gaya hidup hedonisme.
            Faktor –faktor yang mempengaruhi gaya hidup menurut pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilankeputusan pada penentuan keegiatan – kegiatan tersebut.
Lebih lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal).

PENDEKATAN BUDAYA

         Seseorang yang antara belajar dan gaya hidupnya menyimpang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Namun diantara kedua faktor tersebut yang sangat berpengaruh adalah faktor eksternal karena salah dalam bergaul,mengakibatkan seseorang mempunyai pengertian belajar dan gaya hidup yang salah akibat budaya yang salah.

PENUTUP

KESIMPULAN

         Belajar dibidang formal tidak selalu menyenangkan,sehingga diperlukan motivasi agar belajar terasa menyenangkan. Motivasi belajar setiap orang berbeda,tergantung dengan apa yang dialami orang tersebut dengan keadaan sekitarnya.
            Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi generasi muda untuk melakukan gaya hidup yang menyimpang adalah faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang berasal dari kurangnya perhatian dari orang-orang terdekat yang menybabkan seseorang salah bergaul. Adapun faktor eksternal berasal dari lingkungan sosial dimana seseorang itu bergaul.

SARAN

         Agar seseorang dapat belajar dengan baik sangat diperlukan motivasi yang besar dari keluarga maupun orang terdekat agar terhindar dari gaya hidup yang menyimpang yang membuat seseorang kehilangan minat dalam belajar.


DAFTAR PUSTAKA

Hall,S.1985.Development Processes in Early education.London:Rount Ledge&Keggn Paul.
Plummer,R. 1983.Life Span Development Psychology:Personality and Socialization.New York:Academic Press
www.google.com

No comments:

Post a Comment