DUNIA MAHASISWA
ANTARA BELAJAR DAN
GAYA HIDUP
Dosen: Junaidi
S.ag.,M.Hum
Disusun oleh:
Arief Riyatna
11 D3 MI 02
JURUSAN D3 MANAJEMEN
INFORMATIKA
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM
KATA PENGANTAR
Segala
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena anugerahNya penulis dapat
menyelesaikan makalah berjudul “Antara Belajar Dan Gaya Hidup” ini. Atas
selesainya makalah ini, kami ucapkan terimakasih kepada: Bapak Junaidi S.Ag.,M.Hum selaku dosen pembimbing pendidikan agama dan
pihak yang telah membantu. Jika
makalah ini memiliki banyak kekurangan,penulis mohon maaf kerena penulis
sendiri dalam tahap belajar.
Oleh karena itu kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah di waktu yang akan datang. Dengan demikian, penulis
ucapkan terima kasih kepada para pembaca.
Yogyakarta Januari
2012
Penulis
PEMBAHASAN
Belajar adalah perubahan
yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi
perilakusebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika
dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Gaya belajar setiap orang dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) danfaktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak
dapat diubah dalam diri
seseorang bahkandengan latihan
sekalipun. Mengenali gaya belajar
sendiri, belum tentu membuat Anda menjadi lebih pandai. Tapidengan
mengenali gaya belajar, Anda akan dapat menentukan cara belajar yang lebih
efektif.Anda tahu bagaimana memanfaatkan
kemampuan belajar secara maksimal, sehingga hasil belajar Anda
dapat optimal.
Sedangkan gaya hidup menggambarkan
“keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler
dalam Sakinah,2002). Menurut Susanto (dalam Nugrahani,2003) gaya hidup adalah
perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap
seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu
banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang
misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain
sebagainya.
Plummer
(1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh
bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap
penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang
dunia sekitarnya.
Adler (dalam
Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya hidup adalah hal yang paling
berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan 3 hal
utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta sedangkan
Sarwono (1989) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup
adalah konsep diri.
Hawkins
(dalam Nugroho, 2002) yang mengatakan bahwa pola hidup yang berhubungan dengan
uang dan waktu dilaksanakan oleh seseorang berhubungan dengan keputusan. Orang
yang sudah mengambil suatu keputusan langkah selanjutnya adalah tindakan.
Orang yang
sudah mengambil keputusan untuk mencari kesenangan dari uang yang dimiliki
seperti melakukan aktivitas nyata untuk berbelanja di mall atau supermarket,
tentu saja memberi nilai tambah dari pada berbelanja di toko biasa. Adapun
penggunaan waktu dengan gaya hidup merupakan kreativitas individu dalam
memanfaatkan waktu yang ada untuk kegiatan yang bermanfaat atau kegiatan untuk
bersenang-senang.
Menurut SRI
International (1989) salah satu contoh segmentasi psikografis adalah
VALS 2. Dalam VALS 2 (Values & Life Style) terdapat dua dimensi yang
menjadi titik beratnya, yaitu self orientation dan resources. Resources yang
dimaksudkan bukanlah semata-mata materi, tetapi dalam arti yang luas yang
mencakup sarana dan kapasitas psikologis, fisik, dan demografis. Dalam perilaku
konsumsi yang didorong oleh self orientation terdapat tiga kategori yaitu
principle, status dan action. Self orientation yang bertumpu pada principle,
berarti keputusan untuk membeli berdasarkan karena keyakinannya. sehingga
keputusannya untuk membeli bukan hanya karena ikut-ikutan atau sekedar untuk
mengejar gengsi. Boleh dikatakan tipe ini lebih rasional sedangkan yang
bertumpu pada status, keputusannya dalam mengkonsumsi didominasi oleh apa kata
orang. Produk-produk bermerek menjadi pilihannya. Bagi yang bertumpu kepada
action, keputusan dalam berkonsumsi didasari oleh keinginannya untuk
beraktivitas sosial maupun fisik, mendapatkan selingan atau menghadapi resiko.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang
di dunia yang di ekspresikan dalam aktivitas, minat, opininya dan dimensi self
orientation gaya hidup mencakup tiga kategori yaitu prinsip, status, aksi.
Pengaruh
gaya hidup yang ada sekarang berpengaruh ke gaya belajar dan jika seseorang
sudah terpengaruh oleh gaya hidup memerlukan motivasi belajar yang tinggi agar
minat dalam belajar tidak menurun. Motivasi
belajar setiap orang berbeda, bergantung
dari apa yang diinginkan orang yang bersangkutan. Misalnya, seorang anak
mau belajar dan mengejar rangking pertama karena diiming-imingi akan
dibelikan sepeda olehorangtuanya.Faktor-faktor yang membedakan motivasi
belajar tiap orang. Adapun perbedaannya di bagi menjadi 4 bagian yaitu:
a.Perbedaan
fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dsb
b.Perbedaan
rasa aman (safety needs),baik secara mental, fisik, dan
intelektual
c.Perbedaan
kasih sayang atau afeksi (love needs),yang diterimanya
d.Perbedaan harga diri (self esteem needs), Contohnya
prestise memiliki mobil ataurumah mewah, jabatan, dan lain-lain.
e.Perbedaan
aktualisasi diri (self
actualization),tersedianya kesempatan
bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah
menjadi kemampuan nyata.
Dan untuk membuat seseorang dapat termotivasi ada 2 faktor yaitu:
1) Faktor Internal
Motivasi ini terbentuk
karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk
mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalanikehidupan.
2) Faktor Eksternal
Motivasi ini dapat berupa
rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang
bersangkutan.
Memotivasi belajar tidak akan
terbentuk jika seseorang telah terpengaruh oleh gaya hidup yang menyimpang yang
membuat orang tersebut tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari
manfaat belajar bagi diri nya sendiri. Oleh karena itu, dibutuhkan
pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang menginginkan
semangat untuk belajar dapat termotivasi dan tidak terpengaruh oleh
gaya hidup yang menyimpang karena belajar itu penting untuk meraih prestasi.
Gaya hidup yang dapat
memotivasi seseorang untuk lebih giat dalam belajar adalah gaya hidup mandiri
karena kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada sesuatu yang lain. Untuk itu
diperlukan kemampuan untuk mengendali kelebihan dan kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan
tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk menyusun strategi. Bertanggung
jawab melakukan perubahan secara sadar dan memahami bentuk setiap resiko yang akan terjadi serta siap menaggung resiko
dan dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup yang mandiri. Dengan gaya hidup mandiri,
budaya konsumerisme tidak lagi memenjarakan manusia.
Manusia akan bebas dan merdeka untuk menentukan
pilihannya secara bertanggung jawab,serta menimbulkan inovasi-inovasi yang kreatif untuk
menjunjang kemandirian tersebut.
Oleh sebab itu gaya hidup mandiri
disebut dapat memotivasi diri yang baik karena ada dorongan untuk hidup mandiri
tidak terlalu mengandalkan orang lain,dan menimbulkan suatu inovasi yang
kreatif yang dapat membuat seseorang terlihat lebih maju dari seseorang yang terpengaruh
oleh gaya hidup menyimpang atau sering juga disebut gaya hidup hedonisme.
Faktor –faktor yang mempengaruhi
gaya hidup menurut pendapat Amstrong (dalam Nugraheni,
2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku
yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan
untuk mendapatkan atau mempergunakan barang dan jasa,
termasuk di dalamnya proses pengambilankeputusan pada
penentuan keegiatan – kegiatan tersebut.
Lebih lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal).
Lebih lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal).
PENDEKATAN BUDAYA
Seseorang yang antara belajar dan gaya hidupnya menyimpang disebabkan
oleh faktor internal dan eksternal. Namun diantara kedua faktor tersebut yang
sangat berpengaruh adalah faktor eksternal karena salah dalam
bergaul,mengakibatkan seseorang mempunyai pengertian belajar dan gaya hidup
yang salah akibat budaya yang salah.
PENUTUP
KESIMPULAN
Belajar dibidang formal
tidak selalu menyenangkan,sehingga diperlukan motivasi agar belajar terasa
menyenangkan. Motivasi belajar setiap orang berbeda,tergantung dengan apa yang dialami orang tersebut
dengan keadaan sekitarnya.
Berdasarkan uraian diatas
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi generasi muda untuk melakukan
gaya hidup yang menyimpang adalah faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal
yang berasal dari kurangnya perhatian dari orang-orang terdekat yang menybabkan
seseorang salah bergaul. Adapun faktor eksternal berasal dari lingkungan sosial
dimana seseorang itu bergaul.
SARAN
Agar seseorang dapat
belajar dengan baik sangat diperlukan motivasi yang besar dari keluarga maupun
orang terdekat agar terhindar dari gaya hidup yang menyimpang yang membuat
seseorang kehilangan minat dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Hall,S.1985.Development Processes in
Early education.London:Rount Ledge&Keggn
Paul.
Plummer,R. 1983.Life Span Development
Psychology:Personality and Socialization.New York:Academic Press
www.google.com
No comments:
Post a Comment